Yang terhormat,
Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo,
Majelis Wali Amanat ITB
Senat Akademik ITB,
Forum Guru Besar ITB,
Sivitas Akademika ITB,
Alumni ITB,
dan segenap insan Pendidikan Tinggi Teknik di seluruh Indonesia.
Selamat pagi, salam sejahtera,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pertama-tama, mari kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa. Atas Rahmat dan Karunia-Nya, saat ini kita berada dalam keadaan yang sehat, sehingga dapat bertemu bersama untuk mengikuti Sidang Terbuka Institut Teknologi Bandung.
Hari ini, tanggal 3 Juli 2020, memiliki nilai sejarah yang penting, karena Pendidikan Tinggi Teknik Indonesia (PTTI) di hari ini menginjak usia yang ke seratus tahun, atau genap satu abad. Berdiri di podium ini, di tempat dan hari yang sangat bersejarah, sungguh merupakan kehormatan yang tinggi, dan membuat hati tertunduk merendah.
Dengan antusiasme dan semangat yang tinggi, sejak 2 tahun yang lalu segenap sivitas akademika dan alumni ITB telah menyelenggarakan berbagai events, dalam kerangka memperingati hari bersejarah ini. Kita semua menanti tibanya hari yang bersejarah ini, untuk secara bersama merayakannya dalam suasana yang meriah. Namun Tuhan Yang Maha Kuasa menentukan yang lain. Melandanya pandemi Covid-19 membuat sebagian besar kegiatan dan events dalam tiga bulan yang terakhir, harus kita laksanakan dengan berbagai pembatasan.
Meski begitu, berbagai pembatasan di masa pandemi Covid-19 ini memberikan kesempatan bagi kita untuk melakukan perenungan-perenungan, tentang bagaimana menjalani kehidupan secara lebih baik dan bermakna di masa depan.
Kita perlu senantiasa bersyukur ke hadirat-Nya, atas berbagai kesempatan yang kita dapatkan untuk terus-menerus berkarya dan berbakti bagi ITB, bagi bangsa dan negara Indonesia. Dan dengan memanfaatkan media digital, hari ini kita tetap bisa bertemu secara daring. Atas kesediaan Ibu/Bapak sekalian untuk meluangkan waktu demi mengikuti Sidang Terbuka ITB hari ini, saya sampaikan terima kasih.
Para hadirin yang saya muliakan,
Perkenankan saya dalam pidato ini untuk menyampaikan sebuah tinjuan tentang masa depan. Alvin Toffler, seorang futurist yang dikenal dengan bukunya The Third Wave (1980), menyimpulkan bahwa masyarakat dunia telah mengalami dua kali gelombang perubahan. Gelombang pertama adalah revolusi agrikultural, yang menghasilkan masyarakat agrikultural. Gelombang kedua adalah revolusi industri, yang menghasilkan masyarakat industrial. Saat menyusun buku tersebut, Toffler memprediksi bahwa masyarakat dunia tengah mengalami gelombang perubahan yang baru, yang akan menghadirkan masyarakat informasi di abad ke-21.
Kehadiran teknologi informasi, bagi Toffler, tengah membawa perubahan menuju pola-pola produksi industri yang lebih fleksibel, customized, serta tatanan pemerintahan yang lebih terdesentralisasi dan terbuka. Pola-pola baru ini akan menggantikan pola-pola lama yang menjadi karakteristik masyarakat industri, yaitu produksi massal dengan standar yang kaku (rigid), serta tatanan pemerintahan yang sentralistik. Prediksi Toffler tentang gelombang ketiga bersentral pada gagasan tentang peranan informasi sebagai sumber pengetahuan, keseimbangan kekuasaan dan kesejahteraan yang lebih adil.
Sekitar 4 dekade sesudah Toffler, seorang fisikawan dan sekaligus futurist, Michio Kaku, menyampaikan prediksinya tentang “Science & Technology in next 20 years”, dalam forum World Government Summit (2018). Dalam pemikiran Michio Kaku, science & technology membawa dampak pada kehidupan masyarakat melalui serangkaian gelombang-gelombang.
Gelombang kesatu dicirikan oleh hadirnya mesin uap (steam engine). Perkembangan ilmu termodinamika di waktu itu membuat manusia mampu menghitung energi yang diperlukan untuk menggerakkan lokomotif. Gelombang kedua dicirikan oleh kehadiran electricity, yang memungkinkan mesin-mesin listrik dioperasikan dari jarak jauh. Gelombang ketiga dicirikan oleh kehadiran komputer. Karakteristik gelombang ketiga adalah: compute, communicate, control (CCC). Di era ini terjadi invensi jejaring komputer, teknologi ruang angkasa, dan kehadiran multinational corporations (MNCs).
Michio Kaku bergerak lebih jauh dengan menambahkan gelombang keempat, yang dicirikan oleh manufaktur pada tingkat molekuler (nano-teknologi dan bio-teknologi), digitalisasi informasi, dan Artificial Intelligence. Komputer telah menjadi sangat murah dan kecil. Artificial Intelligence akan mampu memprediksi aktivitas ekonomi. Robot ada di mana-mana.
Prediksi Michio Kaku tentang gelombang keempat ini bersesuaian dengan Industri 4.0, yang belakangan sering menjadi tema pembahasan di berbagai forum. Istilah tersebut berasal dari Fourth Industrial Revolution yang diperkenalkan di World Economic Forum di tahun 2015. Dalam Industri 4.0, hardware, software, dan biology dikombinasikan ke dalam bentuk cyber-physical systems, yang bekerja untuk menghasilkan connectivity. Jerman merupakan salah satu dari negara yang merintis strategi Industri 4.0, yang diwujudkan dengan cara self-optimization, self-configuration, self-diagnosis, dan intelligent support melalui jejaring yang kompleks.
Sampai di sini, kita dapat mengekstrasikan kata-kata kunci yang bersesuaian dengan gelombang-gelombang perubahan yang telah diuraikan terdahulu. Kata kunci dari gelombang kesatu adalah kebebasan (dari kendala alam). Kata kunci gelombang kedua adalah konsentrasi (sumber daya). Kata kunci gelombang ketiga adalah: kontrol. Dan kata kunci gelombang keempat: konektivitas.
Yang penting dicatat di sini adalah bahwa, gelombang yang baru membawa perubahan terhadap apa-apa yang sudah ada sebelumnya, tetapi tidak menghilangkannya. Dengan perkataan lain, ketika suatu masyarakat memasuki industri 4.0, ini bukan lantas kegiatan industri dan agrikultural harus ditinggalkan.
Ibu/Bapak dan saudara-saudara yang saya banggakan,
Tidak satu pun dari prediksi-prediksi yang pernah dibuat, yang telah memperkirakan akan terjadi pandemi Covid-19, yang kemudian diikuti dengan krisis ekonomi dan sosial yang meluas. Segenap kemampuan dan kemajuan yang telah diraih oleh masyarakat dunia seolah tidak sepenuhnya sanggup untuk membendung dampak ekonomi dan sosial dari pandemi Covid-19.
Meskipun masyarakat dunia telah meraih kemajuan melalui serangkaian gelombang perubahan, kemajuan tersebut memiliki kerentanan terhadap gangguan yang bersifat pandemik, yang tidak mengenal status, kelas, golongan, kebangsaan dan berbagai kategori perbedaan lainnya.
Dalam pesan video yang disampaikan pada The Global Vaccine Summit, Sekjen PBB António Guterres menegaskan, “We need global solidarity to ensure that every person, everywhere, has access”. Guterres juga menekan bahwa ketika vaksin Covid-19 telah tersedia, “…it reaches everyone.” Pesan Sekjen PBB tersebut menambahkan satu kata kunci lagi berkaitan dengan masa depan, yang kita petik dari melandanya pandemi Covid-19, yaitu: solidaritas.
Dalam definisi yang sederhana, solidaritas adalah moral dan virtue, bahwa kita semua, dalam keanekaragamannya, merupakan sebuah kesatuan yang sepakat akan kepentingan, objektif dan tujuan bersama. Solidaritas memerlukan empati dan kepekaan akan others. Solidaritas diwujudkan dengan kemampuan: to take into account others into the collective life.
Kemajuan science & technology telah memberikan kebebasan, konsentrasi, kontrol dan konektivitas. Menuju ke masa depan, kita dihadapkan pada tantangan untuk bisa mewujudkan solidaritas melalui pengembangan science & technology, tatanan ekonomi, dan kehidupan sosial secara umum.
Ibu/Bapak dan saudara-saudara yang saya banggakan,
Di sepanjang satu abad perjalanannya, PTTI telah mengambil peranan yang penting dalam mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia, yang dalam waktu dekat akan memasuki usia 75 tahun. Cikal bakal dari PTTI adalah sebuah Sekolah Tinggi Teknik di Bandung (Technische Hoogeschool te Bandoeng, THB), yang didirikan di era pemerintahan Hindia Belanda pada 3 Juli 1920. Sejumlah anak-anak bangsa Indonesia mendapatkan kesempatan untuk belajar di THB. Di antara anak-anak bangsa tersebut adalah Soekarno, yang di kemudian hari menjadi proklamator Kemerdekaan dan Presiden Kesatu Republik Indonesia.
Seiring dengan dinamika politik nasional/internasional di masa itu, THB mengalami jatuh-bangun. Di era Kemerdekaan Republik Indonesia, para anak bangsa yang merupakan alumni dari THB, berjuang untuk mempertahankan, dan mengadaptasikan THB ke dalam kebutuhan pembangunan bangsa Indonesia. Perjuangan ini kemudian membuahkan Institut Teknologi Bandung, dan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada.
Pendidikan Tinggi Teknik Indonesia kini telah mengalami perkembangan secara pesat, dan telah tersebar di Nusantara. Pada hari ini telah terdapat lebih dari 1.300 institusi pendidikan tinggi yang menyelenggarakan program-program studi di bidang-bidang keteknikan. Sekitar diantaranya adalah institusi swasta. Meski sudah besar dari segi kuantitas, ke depan kita masih perlu terus-menerus meningkatkan kualitas dan kapabilitas, sehingga PTTI dapat memberikan sumbangsih yang semakin berarti bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Dalam kurun waktu 1920-2020, bangsa Indonesia telah menjadi bagian dari gelombang-gelombang perubahan. Pada hari ini sudah semakin banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan media digital. Tetapi hal ini tidak lantas berarti kegiatan manufaktur industrial dan kegiatan agrikultural menjadi kurang penting.
PTTI mengemban amanah untuk terus-menerus melakukan pengembangan dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi) di bidang-bidang yang berkaitan dengan agrikultur, industri, informasi, dan digitalisasi. Selain ini semua, memetik hikmah dari pandemi Covid-19, PTTI perlu menerjemahkan solidaritas ke dalam pendidikan, penelitian dan rancang-bangun keteknikan.
Ke depan, kita perlu mengembangkan Big Data dan Artificial Intelligence, dan menggali pemanfaatannya untuk meningkatkan kontrol dan konektivitas pada berbagai kegiatan agrikultur, manufaktur dan konstruksi bangunan/infrastruktur, yang mencakup seluruh wilayah Nusantara, untuk menciptakan nilai tambah yang tinggi pada sumber daya alam dan hayati yang dimiliki Indonesia. Kita juga perlu melakukan pengembangan nanoteknologi dan bioteknologi, untuk mendorong pertumbuhan UKM berbasiskan pengetahuan (knowledge- based SMEs). Kehadiran UKM demikian merupakan wujud dari pemerataan dan solidaritas ekonomi, yang penting untuk mendukung ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.
Pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) perlu berlangsung secara in harmoni dengan pengembangan kemanusiaan dan kemasyarakatan. IPTEK perlu memberikan kontribusi dalam pemahaman tentang kemanusiaan, dan pengembangan human culture. Pengembangan IPTEK perlu disertai dengan pemahaman tentang kehidupan bermasyarakat, dan berkontribusi pada peningkatan solidaritas dan social well-being.
Di era informasi dan konektivitas, cara-cara pengetahuan dihasilkan, disirkulasikan dan diadopsi semakin berpola jejaring (networks), bukan lagi berpola linier ‘hulu-hilir’ ataupun ‘pusat-periferal’. PTTI perlu terus-menerus menyempurnakan learning system & environment di kampus, untuk memastikan bahwa para mahasiswa menjadi insan pembelajar semakin mampu dalam:
1) berpikir analitik, kritis, kompleksitas, dan problem-solving secara strategis;
2) berpikir secara lintas-disiplin, berkomunikasi dalam keanekaragaman sudut pandang, serta berkolaborasi dalam tim;
3) terlibat secara lebih erat dengan situasi dunia-nyata dengan menjalankan Work Based Learning (WBL) atau Problem Based Learning (PBL), dengan ketrampilan learning by doing, learning by interaction, empati dan solidaritas.
Implementasi kebijakan Kampus Merdeka yang digulirkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, merupakan langkah yang sangat penting untuk menciptakan iklim pembelajaran tersebut.
Hadirin yang saya muliakan,
ITB adalah PTTI yang pertama. Nilai luhur in harmonia progessio yang dipegang oleh ITB telah mengawal ITB dalam melalui berbagai ujian dan tantangan, dan menghantarkan ITB menjadi sebuah PTTI yang membanggakan, yang telah memberikan banyak sumbangsih bagi nusa dan bangsa, dan dihormati di dunia. Penghargaan yang tinggi perlu kita berikan kepada para pendiri ITB serta para pelaku sejarah ITB, yang telah berkomitmen kuat dalam menjaga nilai luhur tersebut.
Kepemimpinan ITB merupakan untaian mata rantai yang sinambung, progresif dan harmonis. Para rektor dan dekan terdahulu dan seluruh jajarannya, segenap sivitas akademika ITB, dan seluruh alumni ITB yang senantiasa peduli kepada almamater, telah secara bersama-sama berbakti untuk mewujudkan kemajuan bangsa di bidang pendidikan, ketenagakerjaan, dan berbagai sektor pembangunan.
Sebagai PTTI yang pertama, dan oleh karenanya juga tertua, ITB mengemban amanah untuk selalu berada di depan, guna menghela PTTI dalam menjawab tantangan-tantangan yang telah diuraikan terdahulu. Untuk menjalankan peran tersebut dengan efektif, ITB akan melanjutkan komitmen untuk excellent dalam pengajaran yang lebih multi-disiplin dan lintas-disiplin, pengabdian masyarakat yang semakin relevan dengan masalah lokal dan nasional, penelitian yang lebih kolaboratif, dengan berfokus pada penguatan ekosistem inovasi, untuk mendukung daya saing bangsa. Kemajuan ITB akan semakin diarahkan untuk mengakomodasi kebhinekaan anak-anak bangsa, dan memperluas akses pendidikan tinggi ke seluruh penjuru Nusantara.
Pembenahan-pembenahan internal menjadi prioritas jangka pendek. Transformasi sistem pengelolaan institusi adalah prasyarat untuk memperkokoh fondasi, agar ITB dapat bergerak lebih cepat demi menggapai cita-cita di abad mendatang. Nilai in harmonia progessio perlu senantiasa kita pelihara untuk menghantarkan ITB ke masa depan, dengan atribut ‘locally relevant, globally respected’.
Untuk semakin meningkatkan kontribusi terbaiknya, ITB sangat membutuhkan jalinan kemitraan yang strategis dengan Pemerintah Pusat dan Daerah, dengan para pelaku industri dan dunia usaha, dengan lembaga riset dan perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri, lembaga swadaya masyarakat, dan elemen-eleman lain di masyarakat. ITB perlu memperkuat dan memperluas jalinan-jalinan kemitraan untuk menjawab permasalahan baik yang berlingkup lokal, nasional maupun global. Dukungan dari berbagai pihak tersebut di atas terhadap program-program kemitraan strategis ITB, adalah hal yang sangat tinggi nilainya.
Kepada seluruh kolega dosen, tenaga kependidikan, serta para mahasiswa, perkenankan saya mengajak untuk secara bersama-sama menyonsong abad ke-2 ITB/PTTI, dengan semakin meningkatkan produktivitas dan kualitas karya-karya kita, semakin menumbuhkan solidaritas, demi kemajuan dan keberlanjutan bangsa Indonesia.
In Harmonia Progressio
ilmu pengetahuan dan teknologi,
untuk daya saing generasi penerus pembangunan bangsa.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bandung, 3 Juli 2020
Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D.
Rektor ITB