Tim ITB Meraih Juara Pertama di Geohazard Smart Competition 2019

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Dok Pribadi


BANDUNG, itb.ac.id – Tim Institut Teknologi Bandung (ITB) meraih juara pertama pada Geohazard Smart Competition 2019 yang diadakan oleh PT. Pertamina Geothermal Energy. Para peserta mengikuti lomba terkait studi kasus mengenai longsoran yang terjadi di salah satu aset PT. Pertamina Geothermal Energy tepatnya di Hululais, Bengkulu. Para peserta dituntut untuk membuat peta kerentanan longsoran di wilayah kerja yang diberikan, kemudian membuat model atau simulasi longsoran, dan membuat mitigasinya terutama untuk melindungi aset PT. Pertamina Geothermal Energy. 

Tim ITB yang terdiri atas Endry Rizky Ramdhan (Teknik Geologi 2016), M. Fadhil Rachman (Teknik Geologi 2016), Fadhlan Rahmany Binadzier (Teknik Geologi 2017), dan M. Ababil Akram (Teknik Geofisika 2016) awalnya mendapatkan informasi mengenai lomba ini dari salah satu alumni Teknik Geologi ITB. Dari sana mereka memutuskan untuk mengikuti lomba tersebut karena sesuai dengan minat, ilmu yang didapatkan selama masa perkuliahan.

“Kami membuat extended abstract dengan judul Pemetaan Kerentanan Gerakan Tanah Menggunakan Metode Weight of Evidence, Pemodelan Mekanisme Gerakan Tanah, dan Mitigasinya di Lapangan Geothermal PGE Hululais, Bengkulu,” ucap Endry.

Secara rinci, Endry menjelaskan pada extended abstract tersebut tim menjelaskan hasil penelitian mengenai wilayah yang rentan terjadi lonsoran di wilayah kerja Pertamina di Hululais. Hasil penelitian tersebut berupa peta kerentanan longsoran yang berisikan pembagian wilayah berdasarkan tingkat kerentanan terjadinya longsoran. Kemudian model longsoran yang dapat terjadi di sana menggunakan aplikasi dengan memasukkan parameter-parameter yang diketahui. 

“Dan terakhir kami membuat analisis mitigasi yang menurut kami dapat dilakukan dan sesuai dengan kondisi di sana, terutama untuk melindungi aset Pertamina,” ujar Endry.

Dengan waktu persiapan yang singkat, banyak tantangan yang harus mereka hadapi selama mengikuti lomba tersebut. “Tantangan yang kami hadapi adalah pembagian waktu untuk mengerjakan soal yang diberikan karena kami sedang dalam waktu kuliah dan banyak tugas kuliah juga yang harus dikerjakan. Kemudian soal yang diberikan juga belum pernah kami lakukan sebelumnya sehingga kami harus mempelajari dari awal terutama dalam metode pembuatan peta kerentanan longsoran dan juga pemodelan longsoran,” jelasnya.

Proses mereka dalam mengikuti lomba tersebut tidaklah mudah. Pada mulanya lomba dimulai dalam dua tahap, terdiri dari tahap pengerjaan soal dan presentasi. Waktu pengerjaan soal dimulai dari 4 hingga 25 November 2019. Kemudian Pertamina mengumumkan lima peserta yang lolos ke tahap selanjutnya (presentasi), yaitu Universitas Bengkulu, UPN Yogyakarta, Universitas Pertamina, UGM, dan ITB. Presentasi dilakukan pada 6 Desember 2019 di Hotel Four Points, Dago. Hasil dari tahap presentasi tersebut digunakan untuk menentukan tim yang pantas menjadi juara. Tim yang menjadi juara 1, 2, dan 3 selanjutnya diundang ke Jakarta untuk mengikuti acara sharing knowledge bertepatan dengan acara perayaan ulang tahun Pertamina Geothermal Energy.

“Melalui lomba ini, kami mendapatkan ilmu baru yang dapat diterapkan di masyarakat yaitu membuat peta kerentanan longsoran di suatu daerah dan memodelkan longsoran agar mitigasinya dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Peta kerentanan longsoran, model longsoran, dan mitigasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan kedepannya,” ujarnya.

Selain itu, mereka juga berharap dapat memberikan pandangan baru kepada Pertamina terhadap kondisi longsoran di Hululais sehingga hasil penelitian tersebut dapat diterapkan untuk menjaga aset Pertamina di sana. 

“Semoga kedepannya mahasiswa ITB dapat terus menghasilkan karya penelitian yang dapat diterapkan di masyarakat sehingga dapat membantu dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada secara nyata di negara kita. Karena mahasiswa berprestasi adalah bukan mahasiswa yang mendapatkan nilai bagus ataupun banyak memenangkan lomba, namun mahasiswa berprestasi adalah mahasiswa yang berguna untuk masyarakat (Festian, 2019),” tambahnya.

Reporter: Christopher Wijaya (Sains dan Teknologi Farmasi, 2016)