Pemanfaatan AI di Dunia Pendidikan untuk Mahasiswa Adaptif hingga Kreatif

Oleh Iswatun Amaliah Khairunnisa - Mahasiswa Rekayasa Pertanian, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M.Eng. memaparkan materi saat webinar berlangsung, Jumat (21/6/2024). (ITB/Iswatun Amaliah Khairunnisa)

BANDUNG, itb.ac.id - Direktorat Pengembangan Pendidikan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan webinar bertema “AI for Educator”, Jumat (21/6/2024) melalui Zoom Meeting. Acara tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, salah satunya Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M.Eng., dosen dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), dengan judul materi “Memasuki Era HAI (Human over AI)”.

Di tengah hiruk pikuk penggunaan AI saat ini, khususnya dalam dunia pendidikan, muncul perdebatan di kalangan akademisi dan teknisi mengenai “Apakah AI boleh digunakan dalam dunia pendidikan?”. Dr. Dimitri Mahayana menjelaskan bahwa AI, khususnya generatif AI, tidak mampu menampilkan suatu kebenaran sehingga hanya cocok digunakan dalam membantu pekerjaan manusia saja.

Generatif AI pun kerap disebut sebagai soft bullshitter sehingga penggunaannya harus hati-hati. Sebagai pembuktian, beliau mencoba menanyakan jawaban perkalian antara 353 dengan 2833 menggunakan Chat GPT, tetapi jawaban yang diberikan tidak konsisten dan berbeda-beda sehingga secara filosofis, generatif AI tersebut diragukan karena belum terbukti akurat.

Selain itu, isu mengenai AI dapat menggantikan manusia kerap diperdebatkan. Beliau menjelaskan melalui penelitian Roser (2022), pada tahun 2020 sudah banyak pekerjaan manusia yang digantikan AI. Namun, menurut beliau, pertanyaan mengenai AI yang dapat menggantikan manusia seutuhnya masih menjadi pertanyaan besar yang belum ada jawabannya. Alasannya, AI sebagai algoritma matematis tidak akan memiliki kesadaran. Hal itu didasari oleh penelitian Roger Penrose, yang selama sistem AI masih algoritmik dan matematik maka hal tersebut tidak akan memunculkan kesadaran seperti emosi dan rasa seni yang dimiliki manusia. Oleh karena itu, jawaban yang beliau berikan mengenai pertanyaan di awal, yaitu AI tidak akan menggantikan manusia tetapi manusia yang dibantu oleh AI dapat menggantikan manusia tanpa AI.

Faktanya, dengan adanya ancaman AI yang dapat menggantikan manusia, masyarakat di negara berkembang, termasuk Indonesia, menerima dengan lebih optimistis mengenai keberadaan AI saat ini. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai batu loncatan, khususnya dalam dunia pendidikan di Indonesia untuk menggunakan AI secara optimal.

Di akhir materi beliau mengatakan, “Teknologi tidak akan pernah punya moral, itu adalah ranah manusia.”

Dengan demikian, adanya tantangan AI tersebut dapat memotivasi pendidik maupun dosen untuk menciptakan pendidikan yang mampu menghasilkan mahasiswa yang tidak hanya dapat menyelesaikan pekerjaan robot tetapi mahasiswa yang lebih kreatif, manusiawi, dan adaptif.

Reporter: Iswatun Amaliah Khairunnisa (Rekayasa Pertanian, 2021)


scan for download