Vitura Cup: Jaga Kesehatan Mental dan Satukan Mahasiswa FTSL ITB Melalui Olahraga
Oleh Elda Nuriza - Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (FTSL ITB) menyelenggarakan grand opening acara olahraga tahunan bertajuk "VIVA Infrastructura Cup" atau "Vitura Cup" yang dilaksanakan di Multipurpose Hall, Gedung CRCS, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (16/11/2024). Acara ini menjadi ajang olimpiade olahraga bagi mahasiswa, juga meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental dan fisik.
Wakil Dekan Bidang Akademik FTSL, Dr.Eng. Nita Yuanita, S.T., M.T., menyampaikan pentingnya menjaga keseimbangan antara belajar dan kesehatan. “Melalui acara ini, kami ingin mengingatkan mahasiswa bahwa belajar itu penting, tetapi jeda dan olahraga juga tak kalah esensial untuk menjaga kesehatan mental,” ujarnya. Inisiatif ini merupakan hasil diskusi antara pihak fakultas, Satgas Bimbingan Konseling, dan mahasiswa yang merespons isu-isu kesehatan mental yang semakin sering muncul di kalangan mahasiswa.
Ketua acara Vitura Cup, I Putu Gede Vishnutama K., menekankan semangat persatuan di balik penyelenggaraan acara ini. “Kami berharap Vitura Cup dapat menjadi momen untuk menyatukan lima himpunan mahasiswa program studi di FTSL dalam suasana kebersamaan dan sportivitas. Layaknya sebuah keluarga, acara ini adalah kesempatan untuk saling bertemu, bermain, dan berkolaborasi,” katanya.
Pada pembukaan rangkaian acara Vitura Cup, salah satu sesi yang paling menarik adalah talkshow interaktif mengenai health awareness dengan judul "A Journey into Self-Awareness" yang menghadirkan dosen sekaligus psikolog PIP Universitas Padjajaran (Unpad), Hari Setyowibowo, M.Psi., Ph.D.
Beliau membahas dua macam stres, yaitu eustress dan distress. Beliau mengatakan bahwa eustress adalah stres positif yang mendorong produktivitas dan memotivasi seseorang menghadapi tantangan baru. Eustress ini tetap perlu dikelola agar tidak berlebihan.
Sebaliknya, distress adalah stres yang membawa dampak buruk, baik secara fisik maupun emosional. Beberapa gejala umum dari stres, seperti kelelahan, mudah tersinggung, kehilangan nafsu makan, hingga gangguan konsentrasi.
“Stres adalah bagian dari hidup, tetapi bagaimana kita meresponsnya yang menentukan dampaknya pada kesehatan kita,” ujarnya. Contoh strategi mengelola stres, seperti latihan pernapasan, mindfulness, dan melakukan aktivitas fisik.
Beliau pun memperkenalkan konsep manajemen energi yang mencakup empat aspek utama yaitu fisik, intelektual, emosional, dan spiritual. Pendekatan ini bertujuan membantu peserta mencapai keseimbangan hidup yang lebih baik, bukan hanya dengan mengelola waktu, tetapi juga dengan mengoptimalkan energi. “Dengan manajemen energi yang baik, produktivitas bisa dicapai tanpa mengorbankan kesehatan mental,” ujarnya.
Sesi ini juga mencakup panduan praktis tentang kapan seseorang perlu mencari bantuan profesional. Beliau memperkenalkan prinsip “4D” (Distress, Dysfunction, Danger, Deviance) untuk membantu peserta mengenali gejala stres yang memerlukan intervensi lebih lanjut. Beliau menekankan tidak ada salahnya mencari dukungan ahli ketika stres mulai memengaruhi fungsi sehari-hari atau hubungan interpersonal.
Beliau mengatakan pentingnya tetap aktif secara fisik dan mental. Hal itu karena salah satu penyebab utama depresi adalah kurangnya aktivitas. “Bergerak, berinteraksi, dan tetap aktif adalah kunci agar mental tetap terjaga,”ujarnya.
Reporter: Elda Nuriza (Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021)