Andriana Kumalasari, Dedikasi untuk ITB Melalui MWA

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Mendapatkan amanah sebagai wakil mahasiswa untuk duduk di kursi anggota Majelis Wali Amanat (MWA) Institut Teknologi Bandung (ITB) tentu bukanlah tugas yang mudah. Butuh kapabilitas dan kecakapan untuk melaksanakan tugas tersebut, terutama dalam hal menyampaikan gagasan dan aspirasi dari mahasiswa.

Kesempatan untuk menjadi anggota MWA Wakil Mahasiswa tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Andriana Kumalasari, mahasiswi Teknik Sipil, FTSL-ITB angkatan 2014, untuk belajar mengenal kampusnya lebih dekat. Tentu saja, Anna mesti melakukan serangkaian proses yang panjang untuk sampai duduk di posisi tersebut.

Perempuan kelahiran Jakarta, 23 September 1996 itu memang sangat aktif dalam berorganisasi, dimulai dari Himpunan Mahasiswa Sipil, Keluarga Mahasiswa ITB, dan kepanitiaan lainnya. Pada tahun lalu, Anna sapaan akrabnya mencalonkan diri dalam pemilihan anggota MWA dari kalangan mahasiswa untuk periode 2018/2019.

Anna mengatakan, tujuan utama dirinya ingin menjadi wakil mahasiswa di MWA, bukan hanya sekadar mencari pengalaman, tapi dilandasi kesadaran harus ada mahasiswa yang ikut mengawal perguruan tinggi dari sisi mahasiswa. “Dan pada saat itu, tidak ada yang mencalonkan diri. Tapi saya merasa itu sangat penting sehingga butuh orang yang punya kapabilitas yang cukup baik untuk bisa di situ (MWA),” ujarnya kepada Humas ITB, Selasa (2/4/2019).

Anggota MWA bukan hanya dari ITB saja, tapi juga elemen lain di luar kampus mulai dari menteri, gubernur, kepala daerah, akademisi dan perwakilan masyarakat. Akan tetapi, diakui Anna, meskipun ia perwakilan mahasiswa pendapatnya selalu didengar dan dihargai. Dengan begitu ia bisa menyalurkan aspirasi dari mahasiswa dalam segala pengambilan keputusan yang akan dibuat di MWA. 

“Kita sama sama di MWA sebagai satu ITB, dan kita sama-sama diskusi untuk kebaikan ITB. Jadi saya benar-benar merasakan ITB banget ketika di MWA. Saya merasa seluruh anggora MWA dari elemen manapun itu sangat open, sangat terbuka dengan pendapat-pendapat yang saya punya,” ujarnya.

Selain menjadi anggota, Anna juga menjabat sebagai sekretaris eksekutif menggantikan posisi sebelumnya yang sudah pensiun. Selama satu tahun itu, banyak persoalan didiskusikan, akan tetapi yang paling banyak dibahas ialah multi kampus ITB. Menyikapi multi kampus sendiri, ia sebagai perwakilan mahasiswa berpendapat bahwa yang hal paling utama ialah bagaimana atmosfer akademik dari kampus yang baru bisa terbentuk. Meliputi fasilitas, sumber daya insani baik dosen maupun tendik, dan kultur dari mahasiswa.

Anna bercerita, perjalanannya menjadi anggota MWA tidaklah mudah. Secara umum, anggota MWA perwakilan mahasiswa harus memenuhi persyaratan minimal dua tahun sebagai mahasiswa ITB, bebas catatan kriminal, syarat administratif bebas sanksi akademik dan organisasi, lalu dipilih berdasarkan pemilu raya. Saat pemilu tersebut, kebetulan dirinya hanya ada calon tunggal.

“Aktivitas rutin saya ketika di MWA, karena saya sekretaris kadang-kadang ngantor, mengerjakan masalah rapat, membuat follow up hasil rapat, membuat SK dan lain-lain. Tapi yang jelas agenda rutin rapat pleno setiap bulan. Saya juga terlibat sebagai tim ad-hoc multi kampus,” ujarnya. 

Anna sendiri akan diwisuda Pada Wisuda Kedua Tahun Akademik 2018/2019 yang dilaksanakan di Sabuga, 5-6 April 2019. Ia sebetulnya sudah lulus sejak Juni tahun lalu, namun sambil menunggu selesai jabatan di MWA, ia memutuskan untuk wisuda April tahun ini. Selama empat tahun kuliah, ia merasa jadi mahasiswa ITB memang sangat sibuk, tapi asalkan mau berusaha, usaha kita tersebut tentu akan dihargai.

“Saya senang banget wisuda, karena memang beberapa teman ada yang tidak bisa lulus, bukan karena secara intelektual tidak mampu, tapi karena ada alasan-alasan yang membuat dia jatuh dan gagal untuk bangkit lagi. Buat saya keberhasilan itu bukan tidak pernah gagal,  tapi dia mampu bangkit lagi setelah beberapa kali gagal,” pesannya.