Simposium dalam Rangkaian IMD 2024 di ITB: Microbes in Our Lives

Oleh Najma Shafiya - Mahasiswa Teknologi Pascapanen, 2020

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id – Dalam rangkaian International Microorganism Day Indonesia 2024, sebuah simposium bertajuk “Microbes in Our Lives” diselenggarakan secara bauran di hari kedua pada Minggu (22/9/2024) di Auditorium Ipteks, CC Timur, ITB Kampus Ganesha. Acara ini dihadiri akademisi, peneliti, mahasiswa, hingga praktisi industri.

Dimoderatori Maya Fitriyanti, Ph.D, simposium dimulai dengan presentasi dari Dr.Eng. Kamarisima, S.Si., M.Si. dari Institut Teknologi Bandung yang mengupas hasil penelitiannya tentang biofilm dan biokorosi, utamanya di area bendungan Cirata. Banyak area di sekitar bendungan tersebut ternyata digunakan untuk industri akuakultur yang intensif sehingga limbah pakan ternak yang tidak termakan oleh ikan dapat terdekomposisi dan menurunkan kualitas air di bendungan. Ditambah dengan densitas industri akuakultur yang tinggi, hal ini dapat mempercepat proses korosi pada struktur bendungan.

“Penurunan kualitas air dapat memperparah korosi yang terjadi pada peralatan dan konstruksi bendungan. Jika terjadi kebocoran, ini sangat berbahaya bagi penduduk yang tinggal di bawah bendungan,” ujarnya.

Penelitian ini menyoroti pentingnya mitigasi korosi, yang dipengaruhi oleh pembentukan biofilm–komunitas mikroba yang tumbuh di permukaan dan membentuk matriks ekstraseluler. Beliau menjelaskan bahwa ketika biofilm mencapai jumlah yang cukup (kuorum), mikroorganisme di sekitarnya akan mengeluarkan sinyal autoinducer yang memungkinkan mereka berkomunikasi, kemudian menempel dan tumbuh menjadi biofilm di permukaan struktur.

“Jika kita dapat mempelajarinya lebih lanjut tentang bagaimana mereka berkomunikasi dalam pembentukan biofilm, kita dapat memahami cara mengatasi penyakit dan masalah lingkungan lainnya yang berkaitan dengannya,” katanya.

   

Sementara itu, Dekan Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Atma Jaya, Yogiara, S.Si., M.Si., Ph.D. memaparkan penelitiannya tentang Microbiology Bioprospecting of Antibiofilm and Biocontrol Activity to Counter Pathogenic Bacteria. Beliau menjelaskan tantangan biofilm, terutama dalam industri pangan.

Penelitiannya mengeksplorasi potensi penggunaan bakteriofaga untuk mengatasi bakteri pembentuk biofilm. Beliau menambahkan bahwa studi lebih lanjut berkaitan hal tersebut masih perlu dilakukan, terutama dalam hal keamanan penggunaan bakteriofaga serta resistensi bakteri terhadap bakteriofaga masih menjadi kemungkinan yang harus diantisipasi.

Adapun Dr. Japareng Lalung, B.Sc., M.Sc., Ph.D. membahas topik terkait cyanobacteria yang dapat memproduksi toksin.

“Tidak semua cyanobacteria dengan gen pengkoding toksin memproduksi toksin. Faktor-faktor seperti keberadaan nutrient dan suhu lingkungan turut mempengaruhi produksi toksin,” katanya.

Dr. Lalung juga menyoroti tantangan riset ke depan, termasuk kesenjangan pengetahuan mengenai mekanisme produksi toksin dan dampaknya terhadap kesehatan jangka panjang. Di samping itu, strategi mitigasi yang dapat dilakukan mencakup pendekatan biologis, kimiawi, hingga fisik.

Simposium ini menjadi wadah penting bagi kolaborasi riset mikroorganisme yang berdampak pada berbagai sektor, termasuk lingkungan, industri, hingga kesehatan.

Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)