Teliti Perubahan Garis Pantai Selayar: Kolaborasi Interdisipliner Dosen Teknik Geodesi dan Geomatika, Teknik Geologi, Oseanografi, dan PWK ITB
Oleh Maharani Rachmawati Purnomo - Mahasiswa Oseanografi, 2020
Editor M. Naufal Hafizh
Dr. Astyka Pamumpuni, S.T., M.T. tengah melakukan penskalaan menggunakan rambu ukur (Dok. Istimewa)
SELAYAR, itb.ac.id — Selayar adalah salah satu pulau yang terpisah dari daratan Sulawesi Selatan dan berada di bawah naungan wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Selayar. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, erosi di pesisir barat Pulau Selayar masih terjadi meskipun pembangunan infrastruktur pelindung pantai telah dilakukan di beberapa bagian. Erosi yang berlangsung di pulau dengan luasan 2.000 km persegi ini dapat mengakibatkan berkurangnya ruang hidup bagi masyarakat pesisir serta mengancam fasilitas pantai yang mendukung konektivitas ekonomi dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Berangkat dari permasalahan tersebut, Dosen Teknik Geodesi dan Geomatika, Teknik Geologi, Oseanografi, serta Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) melakukan studi kasus di Selayar dalam memahami dampak kenaikan permukaan laut terhadap stabilitas pantai yang diketuai oleh Prof. Dr.rer.nat. Poerbandono, S.T., M.M.
”Metode penelitian yang digunakan adalah studi desktop dan survei in situ. Studi desktop memanfaatkan citra penginderaan jauh multi-epok untuk meganalisis perubahan garis pantai, khususnya fenomena akresi dan abrasi. Setelah dilakukan identifikasi awal dengan studi desktop, kami melakukan survei in situ dengan kunjungan lapangan langsung. Tujuannya adalah untuk memverifikasi fenomena yang terdeteksi dan memastikan bahwa perubahan yang teridentifikasi melalui citra satelit selaras dengan kondisi lapangan sesungguhnya,” kata Miga Magenika Julian, S.T.
Daerah penelitian difokuskan pada pesisir barat Pulau Selayar yang ditandai titik sampel A-S. (Dok. Istimewa)
Dosen Teknik Geodesi dan Geomatika dalam wawancara menyampaikan penelitian ini melibatkan berbagai pihak lainnya, yakni Geofisika Universitas Hasanuddin (Unhas), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), dan LAPAN. ”Kami mengikutsertakan mahasiswa Geofisika Unhas untuk membantu memverifikasi lapangan terhadap fenomena abrasi dan akresi yang ditemukan dari studi desktop. FIB UI ikut andil dalam mengeksplorasi dampak sosial dari perubahan garis pantai terhadap masyarakat lokal. Sementara itu, LAPAN berkontribusi dalam penyediaan citra satelit SPOT dalam rentang tahun 2018-2021 untuk analisis penginderaan jauh. Penelitian ini pun disokong penuh oleh Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM ITB),” tuturnya.
Dr. Astyka Pamumpuni, S.T., M.T., dari Kelompok Keahlian Geologi Terapan menambahkan, pengamatan di lapangan juga dilakukan untuk menilai tipe morfologi pesisirnya, termasuk vegetasi yang ditemukan. Data karakter pesisir yang didapatkan dari lapangan digunakan untuk mengonfirmasi hasil analisis perubahan garis pantai dari citra. Pengambilan data dilakukan pada 4-5 September 2024. Hasilnya diperoleh bahwa Pulau Selayar bagian selatan mayoritas mengalami abrasi, sementara di bagian utara mayoritas balance atau tidak mengalami abrasi.
Selanjutnya, Miga mengemukakan beberapa saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Perlindungan pantai ini membutuhkan partisipasi masyarakat, pemerintah, dan akademisi sehingga edukasi mengenai fenomena abrasi dan akresi serta dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari harus digalakkan. Pemangku kebijakan dapat mempertimbangkan pembangunan infrastruktur penahan abrasi atau penanaman vegetasi alami seperti mangrove.
Penelitian ini akan dipublikasikan ke jurnal internasional Q1. ”Dari survei tempo hari, masih ada research gap yang bisa dituangkan untuk penelitian selanjutnya. Contohnya, dari keilmuan oseanografi, kita bisa melakukan coring untuk mengetahui proses pembentukan geomorfologi pantainya (mangrove-coral evolution). Pun begitu dari keilmuan lainnya, masih banyak hal yang bisa digali lagi. Melalui penelitian ini, kami ingin mengetahui mekanisme terjadinya abrasi yang terjadi di pesisir barat Pulau Selayar dan meningkatkan kesadaran masyarakat lokal tentang berbagai dampak yang mungkin mereka rasakan,” ujar Dosen Oseanografi ITB, Dr.rer.nat. Rima Rachmayani, S.Si., M.Si.
Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)