Pakar ITB: Gempa Taiwan Jadi Pelajaran Berharga untuk Mitigasi Bencana di Indonesia
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,4 mengguncang Taiwan, pada Rabu (3/4/2024) pukul 07.58 waktu setempat. Pusat gempa berada di 25 kilometer bagian Tenggara Hualien, di perairan lepas bagian timur Taiwan.
Menurut laporan dari Pusat Jaringan Gempa Bumi China, terjadi beberapa gempa susulan serta peringatan tsunami sebanyak dua kali. Gempa Taiwan ini disebut sebagai gempa yang terkuat sejak 25 tahun yang lalu.
Terakhir kali Taiwan mengalami gempa hebat yakni pada 21 September 1999, dengan kekuatan 7,3 Skala Ritcher.
Pakar gempa sekaligus Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) Prof. Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc., mengatakan gempa yang terjadi di Taiwan merupakan akibat dari proses tektonik yang kompleks.
"Pertemuan antara Lempeng Filipina dan bagian Lempeng Eurasia menciptakan tekanan di bagian barat dan timur Taiwan, menjadikannya wilayah yang aktif secara tektonik," ujarnya melalui keterangan resminya Selasa (9/4/2024).
Taiwan, meski wilayahnya berada di pulau yang relatif kecil, sebutnya, ternyata memiliki lebih dari 40 sesar yang aktif. Sehingga gempa dengan kekuatan besar bisa saja terjadi di area tersebut.
Akibat gempa bumi tersebut, sejumlah gedung, rumah tinggal, serta infrastruktur lainnya di Hualien mengalami kerusakan. Meski sempat mengalami guncangan yang hebat, kerusakan di ibu kota Taiwan, Taipei, tidak mengalami dampak yang signifikan.
Hal ini menurut beliau karena Taiwan telah memiliki sistem penganangan gempa yang baik. Dilihat dari sejarahnya, Taiwan juga pernah mengalami gempa yang dahsyat di tahun 1920 dengan kekuatan 8,2 Skala Ritcher, yang juga terjadi di lepas pantai Hualien. Berdasarkan riwayat sejarah itulah, pemerintah Taiwan pun mulai fokus meningkatkan peta gempa serta sistem peringatan dini.
Kemudian di periode 1980-an, Taiwan semakin fokus pada infrastruktur tahan gempa sekaligus memperbarui aturan terkait bencana. Dengan pengetahuan sumber gempa yang semakin masif, pemerintah Taiwan pun mulai membangun bangunan tahan gempa yang lebih realistis.
Dia menyatakan bahwa Indonesia perlu belajar dari Taiwan dalam hal sistem penanganan gempa serta mitigasi bencana. "Adanya gempa Taiwan ini menunjukkan bahwa gempa dengan guncangan yang besar, tapi kerusakannya dapat diminimalisir. Jaringan gempa bumi yang baik, sistem penanganan dini dan pengetahuan tentang sumber gempa, dapat membantu meminimalkan kerusakan serta korban jiwa," tuturnya.
Prof. Irwan pun mengingatkan bahwa kerja sama antar berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dinas terkait, komunitas, hingga masyarakat dapat membangun ketahanan dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap dampak bencana alam di Indonesia.