Sekolah Farmasi ITB Gelar Pengabdian Masyarakat dengan Resmikan Desa Mitra Sehat dan Produktif di Tasikmalaya

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id – Dekanat Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung (ITB), meresmikan Desa Mitra Sehat dan Produktif, yang merupakan salah satu rangkaian dari program pengabdian kepada masyarakat di Desa Tanjungsari, Kecamatan Gunungtanjung, Kabupaten Tasiklamaya.

Dr. Apt. Hegar Pramastya, S.Si., M.Si., PIC program hilirisasi pengetahuan dari Pusat Hilirisasi Sekolah Farmasi ITB, mengatakan, pada tahun 2021, Dekanat SF mencanangkan pengabdian kepada masyarakat yang programnya sistematis dan dampaknya berkelanjutan. Oleh karena itu, dipilihlah satu desa yang dapat menjadi sarana pengabdian masyarakat bagi dosen dan mahasiswa dengan periode lima tahun.

Pengabdian di Desa Tanjungsari berfokus pada dua hal, perhatian mengenai gizi untuk menekan angka stunting dan peningkatan ekonomi. Dari segi kesehatan, ada dua hal yang menjadi fokus. Pertama, aspek pemahaman mengenai stunting beserta aksi nyata pemenuhan gizi untuk menanggulangi stunting. Kedua, pembiasaan gaya hidup sehat agar masyarakat terhindar dari penyakit degeneratif, seperti diabetes militus dan hipertensi.

Berbagai kegiatan turunannya dilakukan oleh dosen-dosen dari berbagai kelompok keahlian (KK) di SF ITB, seperti KK Ilmu Olahraga untuk edukasi gaya hidup, hingga KK Farmakologi-Farmasi Klinik untuk edukasi berbagai bahan alam sebagai obat-obat tradisional dalam rangka pencegahan terkait diabetes militus dan hipertensi.

   

SF ITB pun mendorong dan memfasilitasi warga setempat untuk budidaya lele yang memiliki gizi tinggi, harga relatif murah, dan masa panennya cepat.

   

“Kami bagikan ember beserta lelenya. Kami juga berikan penyukuhan cara merawat sekaligus mengolah lele menjadi produk nugget dan egg roll sehingga lebih menarik. Ke depannya, skala pengelolaan lele ini akan dibesarkan sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan gizi tinggi tetapi juga memberikan nilai ekonomi,” ujarnya.

Sebelum Desa Mitra diresmikan pada 17 Mei 2024, program pengabdian dari SF ITB sudah berjalan pasca Covid-19 dengan tujuan menggairahkan kembali ekonomi dan konsisten memperhatikan gizi agar angka stunting semaking menurun.

“Pemilihan desa tersebut bukan berarti secara ekonomi tertinggal dan angka stunting tinggi, tapi hal itu relatif jadi satu potensi yang kita bisa tingkatkan,” katanya, Kamis (6/6/2024).

Terkait ekonomi, SF ITB mendorong peningkatan kemampuan (skill) dari para perajin kerajinan melalui workshop untuk meningkatkan nilai jual melalui diversifikasi produk. Workshop ini melibatkan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB, Dr. Dian Widiawati, M.Sn. Beberapa inovasi yang dilakukan, yakni dari segi bentuk, fungsi, motif, dan menggunakan pewarna alami.

Sejauh ini, kolaborasi dalam Desa Mitra ini melibatkan dosen FSRD dan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, penyuluh perikanan, kader desa. Harapannya, dengan adanya Desa Mitra ini, pihak yang bersinergi dapat lebih banyak, baik dari institusi pemerintah maupun pendidikan.

Beliau mengatakan, para kader desa sangat antusias terhadap berbagai program yang dijalankan SF ITB. Di tahun ini, pihak SF ITB akan melakukan percepatan untuk pengoptimalan produk mendong dan lele sehingga hasilnya lebih terasa dan dapat segera dipekernalkan kepada pasar.

“Dari program-program sebelumnya kita mengarahkan ke program edukasi, sekarang ke aksi nyata. Lele sudah ada, setidaknya itu bisa dipakai di posyandu tertentu menjadi semacam percontohan menggunakan budidaya lele untuk peningkatan gizi balita,” ujarnya.


scan for download