Talkshow World Mental Health Day 2024: Menciptakan Kampus dan Lingkungan Belajar yang Aman

Oleh Asya Aulia Sukma - Mahasiswa Arsitektur, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung (Ditmawa ITB), melalui Pendamping Sebaya ITB, menyelenggarakan talkshow mengenai kesehatan mental dengan tajuk “Safe Campus, Safe Minds”. Talkshow yang diadakan untuk memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024 ini dilaksanakan di Ruang Serbaguna Lantai 6 Labtek IXA SAPPK, ITB Kampus Ganesha dan Zoom Meeting, Sabtu (12/10/2024).

Talkshow ini menghadirkan empat narasumber lulusan psikologi untuk membahas topik tersebut, yakni Wida Arioka, S.Psi., M.Si. dari SAFEnet, Psikolog PIP UNPAD Marissa Stella Purba, M.Psi., Psikolog, Bimbingan Konseling ITB Dra. Isriana, Psikolog, dan Fasilitator Generasi Tangguh Ubah Stigma Halfa Audrey Azzahra, S.Psi.

Wida Arioka menyoroti maraknya kasus cyber bullying di internet belakangan ini yang semakin dinormalisasi semakin menjadi. Beliau menjelaskan bahwa cyber bullying banyak ragamnya, seperti flaming, online harassment, cyberstalking, denigration, outing, masquerading, dan exclusion.

Bullying tersebut akan bertambah parah ketika masuk ke dunia siber sebab korban tidak memiliki kendali untuk menghentikan perundungan yang dialami.

“Sebelum mengirim atau mengunggah sesuatu, baca dan pikir kembali apakah itu akan menyakiti orang lain atau diri kita. Ingat bahwa jejak digital itu abadi, bisa diproduksi dan direproduksi oleh orang lain, yang pada akhirnya dapat merugikan diri kita sendiri di kemudian hari,” ujarnya.

Sementara itu, Marissa Stella Purba, M.Psi., Psikolog, menyebutkan bullying dapat terjadi selagi ada perbedaan kekuasaan. Terdapat tiga unsur di dalamnya, yakni pelaku, korban, dan bystander (saksi). Suatu perundungan tidak akan berhenti jika tidak dihentikan. Dalam hal ini, hanya dua hal yang dapat dilakukan, antara korban mendapatkan bantuan atau bystander yang berbicara.

Marissa mengatakan bahwa dalam jangka panjang, bullying akan berdampak pada kesehatan mental yang terganggu. Tidak sedikit korban yang mendapatkan perundungan pada masa sekolah, tetapi merasakan dampaknya saat bekerja. Selain itu, bullying juga dapat menjadikan seseorang rendah diri dan mengulangi pelaku bullying.

Di sisi lain, Dra. Isriana, Psikolog, menjelaskan konsep set boundaries dan sexual harassment. Beliau menekankan bahwa consent menjadi hal yang perlu disadari dalam kekerasan seksual. Upaya preventif yang dapat dilakukan untuk menghindari kekerasan seksual adalah dengan membuat suatu batasan yang jelas melalui kompas “yes” dan “no”.

“Kompas inilah yang akan membantu kita dalam menentukan apakah akan mengatakan 'yes' or 'no'. Kalau kita bisa menggunakan kompas tersebut, kita bisa bergerak dari yang awalnya overwhelmed menjadi seseorang yang bisa membela dirinya sendiri,” ujarnya.

Dalam perjalanannya, kompas tersebut bisa jadi akan berkabut yang membuat seseorang tidak dapat membedakan antara “yes” dan “no”. Saat itu terjadi, seseorang harus percaya bahwa kompas tersebut tidak akan melakukan apapun kecuali menjaga dirinya.

Talkshow ini diakhiri oleh Halfa Audrey Azzahra, S.Psi. yang memaparkan bagaimana penanganan stres yang baik dengan mengajak peserta untuk berhenti sejenak dan bersama-sama melakukan teknik relaksasi, yakni belly breathing, mindful breathing, grounding, dan breath count.

Melalui beragam topik yang dibahas, talkshow ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada peserta tentang pentingnya kesehatan mental sehingga ITB dapat mewujudkan safe campus dengan mahasiswa dan sivitas akademika yang memiliki safe minds.

Reporter: Asya Aulia Sukma (Arsitektur, 2021)

#talkshow #kesehatan #mental #campuslife