Studium Generale ITB: Applied Neuroscience in Leadership and Talent Development
Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Kuliah KU-4078 Studium Generale digelar, Rabu (6/11/2024) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesa. Kegiatan yang digelar secara tatap muka dan daring melalui platform YouTube ini menghadirkan presiden dan pencetus Vanaya Indonesia, Ibu Lyra Puspa sebagai pembicara. Beliau membawakan topik bertajuk "Applied Neuroscience in Leadership and Talent Development”.
Beliau menjelaskan beberapa kesalahpahaman umum tentang cara kerja otak yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, beliau mengoreksi anggapan bahwa otak dapat benar-benar "istirahat" saat tidak sedang berpikir aktif. Meskipun otak terlihat seperti tidak bekerja saat dalam keadaan resting state, otak tetap beroperasi pada tingkat yang berbeda. Penting untuk dipahami bahwa otak manusia akan terus memproses informasi, bahkan saat merasa santai atau tidak sedang terfokus pada tugas tertentu.
Selain itu, beliau membahas konsep dominansi sensori yang memengaruhi cara belajar dan menerima informasi. Banyak orang berpikir bahwa seseorang lebih dominan dalam satu jenis indra—seperti auditori, visual, atau kinestetis—dalam memproses informasi. Namun, kenyataannya, otak memproses informasi melalui ketiga saluran tersebut secara bersamaan, meskipun mungkin lebih nyaman dengan satu jenis saluran. Hal ini memiliki dampak besar dalam pengembangan kemampuan individu dalam belajar, terutama dalam konteks kepemimpinan dan pengembangan talenta.
Beliau memaparkan bahwa otak memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan pemimpin dan talenta, karena berbagai aspek seperti strategi dan kontrol komunikasi yang berkaitan erat dengan fungsi kepemimpinan diatur oleh otak. Salah satu pendekatan dalam melatih kepemimpinan adalah melalui proses coaching, yang berfungsi untuk meningkatkan kapasitas otak.
Di dalam otak manusia, terdapat banyak sistem, salah satunya sistem memori yang menyimpan berbagai peristiwa sejak usia tiga tahun sebagai episodic memory yang terbagi menjadi masa lalu, masa kini, dan masa depan.
“Setiap individu memiliki kecenderungan unik dalam merespons memori. Contohnya, mereka yang sulit melupakan masa lalu cenderung terjebak dalam bayangan past memory. Sementara itu, ada juga orang yang terjebak pada masa kini, yang terbagi menjadi present hedonistic (kesenangan sesaat), dan present fatalistic (pasrah terhadap keadaan),” katanya.
Melalui pemahaman tentang cara kerja otak, prinsip-prinsip neuroscience dapat diterapkan untuk menggali potensi kepemimpinan dan talenta yang lebih dalam. Ini adalah contoh konkret ilmu saraf terapan (applied neuroscience) dapat digunakan dalam dunia nyata untuk meningkatkan kapasitas individu dalam memimpin, berinovasi, dan berkembang secara profesional.
Reporter: Indira Akmalia Hendri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)