Seminar EUREKA! ITB: Misteri Multiverse dan Tantangan Teori Inflasi
Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Himpunan Mahasiswa Fisika, Institut Teknologi Bandung (Himafi ITB) menyelenggarakan Seminar “Mystery of the Multiverse”, Jumat (27/9/2024) di Gedung Center for Research and Community Service (CRCS), ITB Kampus Ganesha. Acara ini merupakan bagian dari EUREKA! ITB 2024, kompetisi fisika nasional tingkat SMA dan perguruan tinggi yang diadakan dua tahun sekali oleh Himafi ITB.
Seminar bertajuk “Inflation and Multiverse” yang dibawakan oleh Dr. Getbogi Hikmawan, S.Si., M.Si., seorang pakar di bidang Fisika Teoretik Energi Tinggi (FTETi) dari Program Studi Fisika ITB, mengupas lebih dalam mengenai multiverse.
Dr. Getbogi memperkenalkan konsep inflasi kosmik yang menjadi dasar dari teori pembentukan alam semesta. Beliau menjelaskan teori multiverse terkait dengan inflasi kosmik, sebuah teori yang menjelaskan fase ekspansi alam semesta pada momen-momen awal setelah peristiwa Big Bang. Teori inflasi ini diusulkan untuk menjelaskan beberapa fenomena kosmologi yang sulit dipahami dengan teori-teori yang ada sebelumnya, termasuk distribusi galaksi di alam semesta dan ketidakseragaman dalam radiasi latar belakang kosmik. Menurutnya, teori ini merupakan salah satu cara untuk memahami alam semesta terbentuk dan terus berkembang hingga saat ini.
Dr. Getbogi mengatakan bahwa fisika adalah ilmu yang terus berkembang seiring dengan semakin banyaknya fenomena alam yang dipahami manusia. Beliau pun mengulas perkembangan fisika dari masa ke masa, mulai dari mekanika klasik Newton hingga teori relativitas Einstein yang merevolusi pemahaman tentang gravitasi.
Ilmu fisika terbagi menjadi empat bagian besar berdasarkan faktor ukuran dan kecepatan objek yang dipelajari, serta cara mekanika kuantum dan relativistik bekerja. Mekanika klasik, menurutnya, dapat menjelaskan mengenai objek-objek besar yang pergerakannya lambat, sedangkan benda-benda yang bergerak mendekati kecepatan cahaya membutuhkan pendekatan relativistik. Benda-benda kecil, seperti partikel subatomik, dapat dipahami melalui pendekatan mekanika kuantum. Di sinilah tantangan besar bagi fisikawan modern untuk menyatukan teori kuantum dengan gravitasi dalam sebuah teori yang lebih menyeluruh, yang kemudian dikenal sebagai Theory of Everything.
Selain itu, Dr. Getbogi membahas konsep steady state yang pernah dipercaya dalam kosmologi, yaitu bahwa alam semesta selalu berada dalam keadaan statis dan tidak mengalami perubahan besar. Namun, penemuan tentang Big Bang atau ledakan besar menunjukkan bahwa alam semesta berkembang dan mengembang sejak awal mula pembentukannya. Dalam pandangan modern, alam semesta dilihat sebagai entitas yang terus mengalami perubahan dan ekspansi, menciptakan ruang bagi berbagai spekulasi tentang adanya alam semesta lain di luar sana, konsep tersebutlah yang dinamakan multiverse.
Meskipun teori multiverse masih tergolong spekulatif, Dr. Getbogi mengungkapkan bahwa berbagai pengamatan dan eksperimen kosmologi terus dilakukan untuk mencari bukti yang mendukung keberadaan multiverse. Fenomena ini juga membuka jalan bagi perkembangan teori-teori baru yang mencoba menjelaskan bagaimana alam semesta kita terhubung dengan alam semesta lain, jika memang multiverse itu ada.
Selain itu, beliau membahas peran teknologi dalam membantu mengamati alam semesta. Teknologi teleskop modern memungkinkan manusia untuk melihat objek-objek langit yang jauh, bahkan cahaya yang berasal dari masa lalu alam semesta. Hal ini memberikan bukti bahwa alam semesta terus berkembang dan tidak dalam keadaan statis, sebagaimana yang dahulu dipercaya oleh para ilmuwan.
Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)