ITB Tengah Kembangkan Ruang Isolasi Individu untuk Penanganan COVID-19

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Foto: Arria Srinardwita

BANDUNG, itb.ac.id - Hingga saat ini, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan. Akibatnya, jumlah pasien yang membutuhkan perawatan intensif dengan fasilitas memadai juga semakin banyak. Akan tetapi, tidak semua rumah sakit rujukan memiliki fasilitas yang lengkap untuk penanganan dan  perawatan pasien COVID-19, salah satunya adalah fasilitas ruang isolasi.

Ir. V. Sri Harjati Suhardi, Ph.D., atau yang lebih dikenal sebagai Renni Suhardi, bersama timnya sedang mengembangkan ruang isolasi individu bagi pasien COVID-19. Pembuatan ruang isolasi individu ini dikerjakan bersama alumni Yayasan Loedroek ITB dan saat ini dalam tahap pembuatan prototipe. Didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB, pembuatan ruang isolasi individu ini sudah berjalan enam minggu sejak dimulai sekitar minggu kedua pada bulan Maret 2020. Ihwal dana yang dibutuhkan dalam pembuatan prototipe tersebut, Renni mengaku belum dapat mengestimasikan perkiraan dana yang dibutuhkan untuk membuat satu unit ruang isolasi ini karena prototipenya pun belum selesai dibuat.

Ruang isolasi individu ini dirancang memiliki tekanan negatif, artinya tekanan udara dalam ruang isolasi lebih rendah daripada tekanan udara di luar ruang isolasi. Dengan desain ini, jika terdapat aerosol dari pasien, udara yang ada dalam ruang isolasi akan keluar dari ruangan melewati HEPA Filter, sehingga tidak ada sebaran keluar atau akan menginfeksi orang lain.

Ruang isolasi yang dibuat oleh Renni dan timnya ini berukuran 5m x 3m dan terdiri atas ruang utama (main room 3x3m) dan ruang antara (ante room, 2x2 m). Ruang utama nantinya akan menjadi ruang isolasi bagi pasien COVID-19 pada tahap PDP (pasien dalam pengawasan). “Sementara ruang antara merupakan ruang yang diperuntukkan bagi petugas medis. Ide awal pembuatan ruang ini memang diperuntukkan bagi rumah sakit dan fasilitas kesehatan,” ujar Dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Prodi Mikrobiologi ini.

Ia mengatakan, awal ide pembuatan ruang isolasi individu ini adalah ruang isolasi yang memuat satu pasien saja namun dalam keadaan yang mendesak dapat digunakan untuk dua pasien. Penggunaan ini tidak membahayakan pasien maupun petugas medis karena ruang isolasi ini memiliki sistem desinfeksi menggunakan ozon. Sebelum ruangan dimasuki, ruang juga disterilisasi terlebih dahulu. Modul ini dapat digunakan hingga jangka waktu satu tahun dengan perawatan ruang menjadi tanggung jawab rumah sakit sesuai dengan manajemen APD (alat pelindung diri),” tambahnya. 

Ruang isolasi individu ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pasien yang harus diisolasi namun tidak dapat ditampung di rumah sakit darurat. Maka dari itu, ruang isolasi ini juga dapat digunakan di rumah dan ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tidak harus selalu 5m x 3m. “Konsep pembuatan ruang isolasi individu ini nantinya dapat disesuaikan untuk ukuran rumah dan akan lebih sederhana,” ujar Renni.

Foto: Arria Srinardwita

Lebih ia menjelaskan, untuk ruang isolasi di rumah, ruang antara (ante room) ditiadakan namun sistem desinfeksi akan dimodifikasi. Meskipun isolasi menggunakan ruangan ini dilakukan di rumah, anggota keluarga lain tetap aman dan tidak terinfeksi apabila ruang isolasi yang dimodifikasi dibuat sesuai prototipe dan saat ini Renni bersama timnya juga sedang mengembangkan prototipe yang lebih lebih kecil dan lebih sederhana daripada 5m x 3m. “Tidak hanya dapat digunakan di rumah, ruang isolasi individu ini juga dapat digunakan oleh mahasiswa yang indekos dengan tetap mempertimbangkan keberadaan orang yang merawat pasien apabila pasien tinggal di kos. Jika kondisi tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi di kos maka pasien lebih baik melakukan isolasi di ruang isolasi milik rumah sakit,” jelasnya. 

Pada dasarnya penggunaan ruang isolasi ini pun mencegah keadaan pasien bertambah parah terutama apabila daya tahan tubuh pasien sedang tidak dalam kondisi baik. Dengan berada dalam ruang isolasi individu, pasien yang terinfeksi tidak terinfeksi mikroba lain misalnya virus penyebab influenza atau DB

Reporter: Restu Lestari Wulan Utami (Biologi, 2017)