FGB ITB: Prof. Edwan Kardena Jelaskan Rekayasa Proses Biologi untuk Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB) menyelenggarakan Orasi Ilmiah Guru Besar, di Aula Barat ITB Kampus Ganesha, Sabtu (18/5/2024). Prof. Ir. Edwan Kardena, Ph.D. dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) menyampaikan orasi berjudul “Rekayasa Proses Biologi: Penerapannya pada Bidang Teknik Lingkungan untuk Pengendalian Pencemaran”.
Prof. Edwan, yang juga menjabat Dekan FTSL ITB periode 2020-2024, memulai orasinya dengan menjelaskan pentingnya peran mikroorganisme dalam proses degradasi pencemar organik di alam.
“Reaksi degradasi pencemar organik tidak akan terjadi tanpa adanya katalis, yaitu mikroorganisme,” ujarnya.
Beliau menjelaskan secara detail mengenai proses biodegradasi yang terjadi di dalam sel mikroba, serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut, seperti ukuran dan kelarutan pencemar, serta kondisi lingkungan, seperti temperatur dan pH.
Prof. Edwan menyoroti kompleksitas pencemar di lapangan dan tantangan dalam merekayasa mikroba untuk menguraikan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan. Salah satu parameter penting dalam rekayasa bioproses adalah specific growth rate (miu) mikroba, yang menentukan ukuran reaktor yang diperlukan untuk mengolah pencemar.
Beliau mencontohkan, untuk mikroba dengan miu 0,05 per hari, diperlukan reaktor dengan waktu retensi selama 20 hari. “Persoalannya adalah jika 20 hari itu kan besar sekali reaktornya,” katanya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Prof. Edwan memperkenalkan konsep Activated Sludge (lumpur aktif). Umur lumpur menjadi faktor kunci dalam mengontrol jenis mikroba yang berkembang di dalam reaktor.
Dengan mengatur umur lumpur, dapat dipilih mikroba yang sesuai untuk mengolah jenis pencemar tertentu. Mikroba senior, dengan umur lebih tua, cocok untuk menguraikan pencemar yang sulit terdegradasi. Sementara itu, mikroba muda lebih efektif untuk mengolah pencemar organik yang lebih mudah diuraikan.
Beliau berbagi pengalamannya dalam menerapkan rekayasa proses biologi untuk pengendalian pencemaran di lapangan, mulai dari kasus pencemaran minyak di Kalimantan Timur, hingga pemulihan tanah tercemar di Pulau Seram. Beliau pun menampilkan video mengenai PETRA (Petroleum Remediating Agent), mikroba indigenous yang dikembangkan di laboratorium Teknik Lingkungan ITB untuk mengolah pencemaran minyak.
“Dulu kami membeli mikroba dari Amerika, tetapi guru-guru kami dari IPB dan UGM memberi tahu jangan menggunakan bakteri luar. Dari situlah kami mulai mencari mikroba sendiri,” katanya.
Orasi ilmiah Prof. Edwan menunjukkan bahwa rekayasa proses biologi memiliki potensi besar dalam mengendalikan pencemaran lingkungan. Melalui pemahaman mendalam mengenai mikroorganisme dan rekayasa proses yang tepat, diharapkan pencemaran lingkungan dapat diatasi secara efektif dan berkelanjutan.
Reporter: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)