eARsi, Ide Bisnis Desain Rumah Rancangan Mahasiswa ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung meraih juara kedua pada kompetisi perencanaan bisnis Diponegoro Entrepreneur Festival 2019, yang dilaksanakan oleh Universitas Diponegoro. Kompetisi ini mengusung tema “Sailing Technopreneur-ship Through The Sea of Industrial Revolution 4.0” yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga 28-29 September 2019 lalu.
Tim ITB diwakili oleh Tim Takajase, yang terdiri atas tiga srikandi, yaitu Ritzke Aisyarah yang berasal dari jurusan Teknik Industri, Rosa Aldita jurusan Manajemen Rekayasa, dan Santya Cory yang berasal dari jurusan Manajemen Rekayasa. Mereka bertiga membawa ide bisnis bernama eARsi, yaitu aplikasi desain rumah dan perlengkapannya.
Bisnis yang berbasiskan aplikasi ini berawal dari sebuah ide tentang bagaimana agar seluruh lapisan masyarakat Indonesia dapat memiliki rumah yang layak huni dan ideal. “Yaitu rumah yang tidak mudah roboh dan rumah yang membuat penghuni rumah tetap hidup sehat,” ucap Sarah menjelaskan makna “ideal” yang ia maksud.
Tak hanya itu, yang melatarbelakangi mereka dalam mematangkan ide ini karena harga jasa arsitek yang cukup sulit untuk dijangkau lapisan masyarakat menengah ke bawah. Sehingga tidak seluruh masyarakat Indonesia dapat menggunakannya. “Akibatnya banyak masyarakat yang membangun rumah tanpa pengetahuan bagaimana desain yang ideal dan material yang kuat untuk rumah,” tambah Rosa.
Pengguna dapat melakukan input data ke aplikasi. Kemudian data tersebut akan diolah dan menghasilkan luaran berupa rancangan rumah agar desain yang didapatkan ideal dan layak huni. Selain itu, Sarah dan tim berupaya agar aplikasi ini dapat menjadi market place untuk bahan bangunan dan furnitur rumah. Sehingga pemasukan yang didapatkan tak hanya dari jasa perancangan desain rumah, tapi juga dari penjualan perlengkapan hingga furniture.
Meskipun mereka bertiga bukan berasal dari jurusan bisnis dan manajemen, Rosa dan kawan-kawannya setidaknya mendapatkan ilmu tentang manajerial. Terlebih lagi sebelumnya mereka pernah mengikuti kompetisi serupa, namun belum lolos hingga tahapan berkutnya. Terlebih lagi mereka ingin mengisi waktu libur dengan aktivitas yang lebih bermanfaat. Karena dua alasan tersebut, Rosa dan kedua kawannya memutuskan untuk mengikuti kompetisi ini. Meskipun mereka mengerjakan saat dekat dengan waktu pengumpulan, tapi beruntung, Sarah dan kedua kawannya berhasil melaju ke tahap berikutnya. Itulah juga mengapa nama tim mereka dinamai Takajase, atau dalam bahasa minang berarti tergesa-gesa.
Tentu saja mereka berharap agar ide bisnis ini dapat benar-benar terwujud dan memenuhi harapan semua orang. Karena salah satu juri juga menyampaikan bahwa dengan adanya ide bisnis ini, maka akan banyak orang yang terbantu, sebab ada banyak orang di luar sana yang membutuhkan solusi dari ide bisnis mereka.
“Hal itu memotivasi kita untuk mengembangkan bisnis ini lebih lanjut, tentu saja kita mengharapkan kolaborasi dari pihak terkait untuk sama-sama merelasisasikan solusi ini untuk masyarakat Indonesia,” tutup Rosa.
Reporter: Moch. Akbar Selamat (Manajemen, 2020)