Inovatif! Bawa Inovasi Aeroponic, 3 Mahasiswa ITB Juara 1 Kompetisi Internasional ATU-Net Sustainability Tech Challenge 2024
Oleh Qonita Aulia Rahmatullah - Mahasiswa Teknik Pangan, 2022
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Kabar membanggakan datang dari 3 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menorehkan prestasi gemilang dalam ajang kompetisi ATU-Net Sustainability Tech Challenge 2024. Kompetisi berskala internasional ini diselenggarakan di Telkom University, dengan final presentation week dilaksanakan pada 11-15 November 2024.
ATU-Net Sustainability Tech Challenge adalah ajang kompetisi yang mempertemukan mahasiswa-mahasiswa dengan komitmen memajukan praktik berkelanjutan melalui teknologi yang inovatif. Kompetisi ini membuka peluang untuk gagasan solutif dari berbagai bidang seperti ilmu informatika, ilmu lingkungan, bisnis, dan keteknikan untuk merancang dan mendemonstrasikan gagasan tepat guna dalam mencapai SDGs. “Kami diberitahukan informasi lomba ini dari dosen kami yaitu bu Asti. Beliau sangat meng-encourage kami untuk berprestasi. Beliau juga menjadi dosen pembimbing kelompok kami dalam kompetisi ini,” ujar Kamila Maharani saat diwawancarai hari lalu.
Diwakilkan oleh tim Rukkha-devs, mahasiswa ITB berkompetisi untuk menemukan solusi inovatif dan tepat guna. Kamila memberitahukan asal muasal tercetusnya nama tim Rukkha-devs. “Kami mengambil nama Rukkha-devs terinspirasi dari salah satu karakter game yang kami bertiga mainkan. Rukkha sendiri berarti tanaman, dan devs berarti development, sehingga sesuai dengan ide kami untuk menumbuhkembangkan tanaman,” katanya.
Beranggotakan Muhammad Farhan Syafiq, Kamila Maharani, dan Shaquille Shiddiq Priata, tim Rukkha-devs mengangkat masalah terkait kurangnya nutrisi dalam konsumsi masyarakat sehari-hari. “Hampir 95% masyarakat kekurangan nutrisi dan makanan bergizi,” ujarnya. Hal ini menjadi penting mengingat populasi masyarakat kian meningkat dan lahan kian menipis. Kesenjangan ini membawa tim Rukkha-devs mengembangkan ide inovatif berjudul AFK Garden (Automated Fresh Kubile): IoT-Based Aeroponic as an Agricultural Practice for South East Asia’s Green Development.
“Pada awalnya, kami melakukan brainstorming, sempat terpikir mau membahas carbon capture dan isu teknik lingkungan lainnya, tapi setelah dikaji ulang hal-hal tadi scope-nya masih terlalu besar. Kemudian setelah pengkajian yang mendalam, akhirnya menemukan ide aeroponic, dan kita bisa mencari improve serta masalah di indonesia yang berkaitan dengan ini,” kata Syafiq menjelaskan proses menemukan ide inovatif ini.
Prototype AFK Garden. (Kamila Maharani)
Shaquil mengatakan sistematika kerja dari ide AFK Garden ini. “AFK (Automated Fresh Kubile) Garden, alat ini menumbuhkan tanaman tanpa tanah, jadi hanya air. Ide ini sangat feasible diterapkan di lahan sempit, seperti apartemen, dan mudah dijangkau sehingga harapannya masyarakat lebih mudah untuk memenuhi nutrisinya. IoT yang diterapkan berperan untuk mengontrol ph, elektrokonduktivitas, suhu optimal pertumbuhan tanaman (18-25 derajat), dan water level. Sensor yang digunakan akan terhubung dengan microcontroller, yang selanjutnya dapat dihubungkan ke gadget,” kata Shaquil.
Melalui ide ini, tim Rukkha-devs terpilih dari 10 tim yang lolos ke babak final dan berhasil menjadi juara 1. Syafiq mengaku bahwa timnya tidak menyangka mendapatkan prestasi ini.
“Pada awalnya kami hampir tidak mendaftar lomba ini karena kesibukan akademik, jadi saat mendapat juara 1 rasanya tidak nyangka yang awalnya hampir tidak masuk ke lomba ini, turns out jadi juara 1. Kebetulan ini lomba pertamaku, jadi susah nyatain rasa itu dengan rasa yang lain, unique experience,” ujarnya.
Tim Rukkha-devs menerima penghargaan juara 1 dalam kompetisi ATU-Net Sustainability Tech Challenge 2024, di Telkom University. (Kamila Maharani).
Meski dalam persiapan dan pelaksanaan kompetisi ini tim Rukkha-devs mendapatkan beberapa kendala, tapi semua itu dapat diatasi dengan cermat. “Saat kami presentasi, device yang digunakan tiba-tiba tidak bisa digunakan, awalnya kami sempat panik, tapi kemudian kami bisa menemukan solusinya,” ujar Kamila.
Shaquil, Syafiq, dan Kamila menceritakan pengalaman menariknya selama mengikuti kompetisi ini. Mereka menyatakan bahwa kompetisi ini sangat mengakomodasi pesertanya, diberikan banyak sekali fasilitas dalam pelaksanaanya, seperti mengadakan outbond, campus tour, barbeque night, dan masih banyak lagi.
Selama kompetisi ini mereka mendapatkan banyak sekali pelajaran. “Aku belajar perihal mental, pasti ada rasa bisa tidak ya jadi juara 1, banyak juga ide-ide yang bagus, tapi yang paling penting adalah eksekusi dari ide-ide tersebut, bagaimana caranya kita present, itu menjadi hal yang sangat krusial,” kata Syafiq.
Sementara itu, Kamila mengungkapkan pelajaran yang dia dapatkan dari kompetisi ini adalah pentingnya disiplin waktu. “Ini mungkin hal kecil, tapi dari semua partisipan, kita bertiga yang paling on time di semua rangkaian kegiatan final presentation week. Kalau masalah manajemen tim, menurut aku perlu dinamis, kita harus saling mengenal dan care satu sama lain,” tuturnya.
Selanjutnya, Shaquil mendapat pelajaran lain bahwa, “experience itu bukan hanya akademik, tapi pengalaman-pengalaman yang mengasah soft skill juga penting, misalnya dengan mengikuti competition. Aku juga belajar ternyata dalam membuat karya, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan. Kami juga belajar dari input yang diberikan oleh juri sebagai expert,” ucapnya.
Pengalaman dan prestasi tim Rukkha-devs memberikan inspirasi bagi mahasiswa ITB lainnya untuk terus mengembangkan dan mengeksplorasi diri guna memberikan kontribusi yang berdampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Reporter: Qonita Aulia Rahmatullah (Teknik Pangan 2022)