Orasi Ilmiah Prof. Dr. Nuning Nuraini: Transformasi Epidemiologi Melalui Pemodelan Matematika - Dari Data ke Kebijakan

Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id – Forum Guru Besar (FGB) Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menggelar Orasi Ilmiah Guru Besar yang berlangsung di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, pada Sabtu (16/11/2024).

Salah satu yang Guru Besar yang menyampaikan orasinya adalah Prof. Dr. Nuning Nuraini, S.Si., M.Si., dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB, dengan judul “Transformasi Epidemiologi Melalui Pemodelan Matematika : Dari Data ke Kebijakan.” Orasi ini didasarkan pada perjalanan risetnya selama lebih dari dua dekade, yang berfokus pada kontribusi nyata matematika epidemiologi terhadap solusi berbagai tantangan kesehatan masyarakat.

Dalam orasi tersebut, Prof. Nuning menjelaskan bahwa matematika epidemiologi adalah alat penting untuk memahami, menganalisis, dan memprediksi pola penyebaran penyakit dalam populasi. Dengan menggunakan model yang sederhana seperti Susceptible-Infected-Recovered (SIR), dinamika penyebaran penyakit dapat direpresentasikan. Meskipun memiliki keterbatasan, model ini memberikan gambaran awal tentang bagaimana infeksi menyebar dan bagaimana intervensi kesehatan dapat memengaruhi penyebaran tersebut.

“Matematika epidemiologi adalah cabang model matematika yang membahas dinamika penyakit. Model ini membantu memperkirakan dampak berbagai intervensi kesehatan, seperti vaksinasi, karantina, dan pengobatan,” ucapnya.

Sebagai contoh aplikatif, Prof. Nuning memaparkan perannya dalam penanganan pandemi COVID-19. Pada awal pandemi di tahun 2020, dengan data yang terbatas mendorong timnya, SIMCOV IDE, untuk memanfaatkan data internasional dari Korea Selatan guna mengembangkan model awal transmisi COVID-19 di Indonesia. Model ini kemudian digunakan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menekan laju penyebaran virus, seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan strategi vaksinasi.

Salah satu hasil signifikan dari riset ini adalah rekomendasi terkait vaksinasi. Tim SIMCOV ID menunjukkan bahwa strategi vaksinasi yang mencakup kelompok lanjut usia secara signifikan menurunkan angka kematian dibandingkan jika hanya memprioritaskan kelompok usia produktif. Temuan ini bahkan diakui oleh WHO dan menjadi bahan diskusi untuk kebijakan vaksinasi di Indonesia.

Selain COVID-19, Prof. Nuning juga menyoroti kontribusinya dalam riset penyakit demam berdarah dengue (DBD). Penelitian yang telah dimulai sejak 2023 ini menghasilkan berbagai inovasi, termasuk sistem deteksi dini berbasis model matematika yang telah dioperasikan di Jakarta dan Bali. Sistem ini tidak hanya memprediksi angka kejadian DBD dalam tiga bulan ke depan, tetapi juga mengukur pengaruh faktor iklim terhadap penyebaran penyakit.


“Selanjutnya dengan pengawinan metode matematika dan pertanyaan dari masalah kesehatan yang tajam, diharapkan bisa memberikan kontribusi pada strategi penjagaan dan penanggulangan wabah penyakit. Salah satu kerja sama yang saya banggakan dalam penelitian terkait DBD ini, telah kami lakukan mulai tahun 2017 untuk membuat suatu sistem deteksi dini DBD di wilayah Jakarta dan juga di wilayah Bali yang rilis awal tahun ini,” ujar Prof. Nuning.

Lebih jauh, Prof. Nuning memaparkan bahwa pemodelan matematika tidak hanya terbatas pada penyakit menular. Dalam beberapa kasus, seperti pneumonia dan tuberkulosis (TB), model ini digunakan untuk menghubungkan faktor lingkungan dengan penyebaran penyakit. Penelitiannya juga merambah ke bidang lain, seperti kualitas udara, leptospirosis, dan rabies.

Salah satu aplikasi lainnya adalah dalam pengalamannya menjadi bagian dari Satgas COVID-19 ITB selama 2,5 tahun. Tim ini bertugas memberikan masukan berbasis data untuk kebijakan internal kampus, termasuk pengaturan kapasitas kelas dan protokol kesehatan. Hasil ini kemudian menjadi bahan pertimbangan bagi para pemangku kepentingan di ITB dalam menentukan kebijakan pelaksanaan kuliah daring dan luring.

“Ternyata untuk 100 hari, dengan ukuran kelas 100 meter persegi, 8 jam sehari, hanya dibolehkan 11 orang saja yang masuk ke kelas dengan menerapkan protokol kesehatan. Tentu saja hal ini sangat sulit untuk dilakukan, sehingga kebijakan yang dilakukan oleh ITB adalah membuat pembatasan perkuliahan dan juga menyediakan tempat karantina di Asrama Jatinangor, serta Covid Track bagi sivitas akademika yang sakit untuk di analisa penyebaran dan usulan pencegahannya di level ITB,” ungkap Prof. Nuning.

Menutup orasinya, Prof. Nuning menyampaikan refleksi tentang perjalanan risetnya dalam matematika epidemiologi, menggambarkannya sebagai transformasi dari “pelayan ilmu” menjadi “mitra ilmu”. Mengutip dari kutipan inspiratif, “Mathematics - from Servant to Partner", Prof. Nuning menegaskan bahwa pengalamannya selama lebih dari dua dekade membuktikan potensi matematika sebagai alat yang kuat dalam mengatasi berbagai tantangan kesehatan masyarakat.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika 2021)

#orasiilmiah #gurubesar #fmipa #nuningnuraini